Jumat, 21 Oktober 2011


Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

Apa yang akan anda lakukan jika anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernapas spontan? apakah anda dapat menentukan orang tersebut sudah mati ?
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama, seseorang yang henti napas dan henti jantung dapat dipulihkan kembali.
Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar, atau dalam istilah Inggris disebut Basic Life Support. 
Algoritma Bantuan Hidup Dasar
Ø   Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :
  • Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain.
  • Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan.
  • Mintalah bantuan
Ø   Jika penderita tidak responsif, lakukan :
  • Mulailah ABC, yaitu :   
ü  A, Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.
ü  B, Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
 Ø   Jika penderita bernapas :
ü  Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada posisi pemulihan.
ü  Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
ü  Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
Ø   Jika penderita tidak bernapas :
ü  Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan napas.
ü  Periksa C (Circulation), dengan cek denyut nadi.
Ø   Penderita dengan sirkulasi :
ü  Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.
ü  Monitor terus denyut nadi tiap 30 sampai 60 detik.
Ø   Penderita tanpa sirkulasi :
ü  Mulailah kompresi dada
ü  Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)
ü  Lakukan dengan 30 kompresi dan 2 tiupan napas.
Ø   Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita.
ü  Anda merasa lelah.
ü  Bantuan dari petugas kesehatan datang.
Ø   Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai :
Ø   Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai :
ü  Anda merasa lelah.
ü  Bantuan dari petugas kesehatan datang. atau minimal sudah di lakukan selama 30 menit


Dirangkum dari berbagai sumber ( Sigma Emergency Team )






Kamis, 20 Oktober 2011

Sigma Emergency Training



PROPOSAL PELATIHAN KEGAWATDARURATAN
Untuk MASYARAKAT AWAM / KHUSUS

1. PENDAHULUAN
Sigma Emergency  didirikan dengan latar belakang masih tingginya tingkat kematian dan kecacatan akibat kegawatdaruratan (Emergency Case) pada kejadian kecelakaan transportasi, industri, rumah tangga, gejolak sosial (terorisme, konflik masyarakat, kejahatan dan kekerasan) dan bencana yang tidak henti-hentinya melanda negeri ini. Selain itu kegawatdaruratan medis seperti penyakit kardiovaskular, jantung, hipertensi dan stroke masih menduduki peringkat lima besar penyebab kematian di Indonesia.
Penyebab tingginya angka kematian dan kecacatan akibat kegawatdaruratan medis tersebut adalah tingkat keparahan, kurang memadainya peralatan, sistem yang belum memadai dan pengetahuan penanganan penderita gawat darurat yang kurang mumpuni. Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang porsi besar dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Pada banyak kejadian banyak penderita gawat darurat yang justeru meninggal dunia atau mengalami kecacatan yang diakibatkan oleh kesalahan dalam melakukan pertolongan.
Perlu adanya peningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanggulangan penderita gawat darurat pada level praktisi kesehatan maupun orang awam (karyawan, emergency response group, masyarakat umum, siswa/mahasiswa, polisi, pemadam kebakaran, sopir ambulans) sesuai dengan perkembangan keilmuan terkini.
Dalam rangka melakukan upaya tersebut Sigma Emergency  meyelenggarakan pendidikan dan pelatihan penanganan penderita gawat darurat bagi masyarakat awam dan awam khusus. Bagian pendidikan dan pelatihan Sigma Emergency didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten dibidang kegawatdaruratan dan peralatan yang memadai.  Sistem pengajaran yang dilakukan diselenggarakan secara interaktif dengan menggiring peserta latih untuk tahu dan trampil dalam tindakan penanganan penderita gawat darurat sehingga ilmu yang dipelajari langsung dapat diaplikasikan.

II. VISI
Menjadi penyelenggara pendidikan dan pelatihan kesehatan khususnya dibidang penanggulangan penderita gawat darurat Secara Profesional

III. MISI  
-       Menyelenggarakan pelatihan pertolongan pertama (First Aid) bagi orang awam (Karyawan, pelajar/ mahasiswa, polisi, pemadam kebakaran, Satpol PP, dan pelayanan masyarakat lainnya) di seluruh Indonesia
-       Menyelenggarakan simulasi / gladi penanggulangan bencana atau musibah masal.
-       Menyelenggarakan pelatihan search and rescue

IV. SUMBER DAYA MANUSIA
Instrukstur pelatihan adalah dokter dan perawat / paramedic yang berpengalaman dalam penanggulangan penderita gawat darurat, bencana, musibah masal maupun kejadian luar biasa.

V.  METODE PELATIHAN
Metode pelatihan meliputi teori dan praktik dengan menggunakan alat peraga dan audio visual.


VI. JENIS PELATIHAN

A.     CPR Training

RINGKASAN MATERI
Pelatihan CPR ditujukan bagi orang awam agar mampu menangani penderita henti napas dan henti jantung yang ada didekatnya. Termasuk pemahaman DRABC Concept (Danger, Response, Airway, Breathing, Circulation).


Waktu Pelatihan : 4 Jam
Jumlah Peserta  : 20 Orang (Max)
Kriteria Peserta  : Orang Awam

Investasi : Rp.3.000.000,,-




Introduction
Medical Emergency Response System
DRABC Concept
Basic Life Support à CPR
Recovery Position
Extrication, stabilization and Transportation

B.     First Aid Training – Basic

RINGKASAN MATERI
Pelatihan FAT Basic diperuntukan bagi mahasiswa kesehatan secara umum, mahasiswa/pelajar non kesehatan, oraang awam dan karyawan-karyawan perusahaan agar memiliki kemampuan untuk melakukan pertolongan dasar (Basic Life Support) seperti melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), mengatasi perdarahan dan syok, teknik pengangkatan dan pemindahan penderita yang benar dan triage pada keadaan bencana atau musibah masal.


Waktu Pelatihan : 1 Hari
Jumlah Peserta  : 20 Orang (max)
Kriteria Peserta  : Orang Awam

Investasi  : Rp. 7.000.000,-




Introduction
Medical Emergency Response System
Airway And Breathing
Basic Life Support
Cardio Pulmonary Resucitation (CPR)
Woud And Fracture
Splinting And Bandaging
Lifting And Moving
Extrication, Stabilization And Transportation
Triage And Disaster (START)
Simulation / Drill


C.     First Aid Training – Advance

RINGKASAN MATERI
Pelatihan FAT Advance diperuntukan bagi orang awam khusus seperti polisi, pemadam kebakaran, SATPOL PP, dan Emergency Response Group (ERG)* diperusahaan / industri yang beresiko tinggi. Agar mampu melakukan pertolongan dasar dengan peralatan-peralatan yang tidak invasif dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih mengenai penanggulangan penderita gawat darurat dibandingkan dengan orang awam biasa.

* ERG : Tim Khusus yang menjadi ujung tombak dalam memberikan pertolongan  ketika terjadi kecelakaan kerja diperusahaan yang beresiko tinggi. Tim ini harus memiliki kemampuan yang lebih dalam memberikan pertolongan dibandingkan karyawan yang lain.

Waktu Pelatihan : 3 Hari
Jumlah Peserta  : 20 Orang (max)
Kriteria Peserta  : Orang Awam


Investasi : Rp. 20.000.000,-


Introduction
Medical Emergency Response System
Airway And Breathing
Circulation And Shock
Cardio Pulmonary Resucitation (CPR)
Initial Assessment And Management
Mechanism Of Injury
Trauma
-       Head And Neck Trauma
-       Spinal Trauma
-       Thoracic Trauma
-       Abdominal Trauma
-       Extremity Injury
-       Wound And Fracture
-       Sprain, Strain, And Dislocation
-       Stop Bleeding,Splinting And Bandaging
Medical Emergency
-       Heart Attack
-       Hypertension And Stroke
Intoxication And Animal Bite
Lifting And Moving
Extrication, Stabilization And Transportation
Triage And Disaster (START)
Simulation / Drill



  1. Contac Person  : Office  Perum Villa Wanasari Block A2 No.8 Cibitung- Bekasi
  2. Phone Office     : 021 - 33740147
  3. Email                : Sigmaemergency.blogspot.com
Mobile phone :  021 - 91493626
                                 
VIII. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan penyelenggaraan pelatihan.

Bekasi, 19 Oktober 2011
Sigma Emergency
Emergency Assistance, Training & Education



Lampiran 1


PENJELASAN JENIS PELATIHAN


NO
JENIS PELATIHAN
SASARAN PESERTA
1
FAT Basic
Pelatihan FAT Basic diperuntukan bagi mahasiswa kesehatan secara umum, mahasiswa/pelajar non kesehatan, oraang awam dan karyawan-karyawan perusahaan agar memiliki kemampuan untuk melakukan pertolongan dasar (Basic Life Support) seperti melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), mengatasi perdarahan dan syok, teknik pengangkatan dan pemindahan penderita yang benar dan triage pada keadaan bencana atau musibah masal.
2
FAT Advance
Pelatihan FAT Advance diperuntukan bagi orang awam khusus seperti polisi, pemadam kebakaran, SATPOL PP, dan Emergency Response Group (ERG)* diperusahaan / industri yang beresiko tinggi. Agar mampu melakukan pertolongan dasar dengan peralatan-peralatan yang tidak invasif dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih mengenai penanggulangan penderita gawat darurat dibandingkan dengan orang awam biasa.
* ERG : Tim Khusus yang menjadi ujung tombak dalam memberikan pertolongan  ketika terjadi kecelakaan kerja diperusahaan yang beresiko tinggi. Tim ini harus memiliki kemampuan yang lebih dalam memberikan pertolongan dibandingkan karyawan yang lain.


Lampiran 2


KOP SURAT PERUSAHAAN / INSTANSI /


FORMULIR PERMOHONAN KURSUS / PELATIHAN


Nama institusi                                 :

Alamat                                            :

No.tlp/Fax                                       :

Email                                              :

Tanggal Permohonan kursus             :

Jumlah Peserta                               :

Nama penanggung jawab                 :

No. Hp yang dapat dihubungi            :



Rabu, 19 Oktober 2011

Urgency P3K Di Perusahaan




I.          Pendahuluan
Sumber daya alam yang dimiliki indonesia sangat berlimpah, salah satu  diantaranya adalah minyak bumi, gas alam, batubara dan masih banyak jenis yang lain. Hal ini yang menjadi pemicu bagi investor asing maupun anak bangsa untuk mencoba memanfaatkanya  dengan mendirikan perusahaan-perusahaan untuk mengekplorasi tambang-tambang yang ada, supaya dapat dipergunakan untuk keperluan dalam negeri maupun untuk ekspor.
Eksplorasi tambang membutuhkan banyak element yang terlibat demi kelancaran dan kesuksesan dalam proses pengelolaanya. Peralatan berat, tehnologi mutakhir kadang didatangkan demi memuluskan tujuan ekslporasi tersebut. Terpenting lagi adalah Sumber Daya Manusia yang merupakan aset yang sangat berharga dan tidak pernah bisa tergantikan bagi perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan kerja  bagi karyawan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh perusahaan karena hal ini juga memang telah diatur di perundang-undangan di republik ini.
Lokasi penambangan sering kali terletak didaerah terpencil yang jauh dari sarana kesehatan, hal ini yang bisa menyulitkan dalam melakukan pertolongan pertama kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja. Keberhasilan penyelamatan terhadap korban di tentukan oleh kecepatan menemukan korban dan ketepatan dalam melakukan pertolongan pertama. Hampir 85% kegagalan dalam menolong korban adalah terjadi di fase pra rumah sakit,  korban meninggal saat di lokasi atau saat dalam perjalanan menuju klinik perusahaan atau rumah sakit. Hal ini disebabkan karena salah dalam melakukan tindakan pertolongan pertama. Korban yang tidak mendapat tindakan segera setelah ditemukan akan mengalami kematian, ataupun segera dilakukan tindakan setelah ditemukan tetapi dengan cara yang salah juga daat menyebabkan kematian atau bahkan kecacatan.
Tindakan preventif,  promotif dan antisipatif sangat perlu dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalisir bahkan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Membekali karyawan dengan Pelatihan Firs Aid Training ( Pelatihan Pertolongan pertama) merupakan sebuah keharusan mengingat pentingnya peran karyawan di sebuah perusahaan yang tidak tergantikan.  Semakin banyak karyawan yang memahami cara pertolongan pertama akan semakin baik bagi perusahaan untuk menjaga karyawanya tetap produktif.




II.        System  Pertolongan Pertama korban di Site

Pertolongan pertama tidak hanya ditentukan oleh kecepatan korban ditemukan  atau kecepatan  dilakukan tindakan, tetapi harus ada sebuah sistem yang terbangun dengan baik.
Komponen-komponen sistem pertolongan pertama korban :
1.       Alarm Centre ( Pusat Informasi )
Alarm center peranya sangat vital, karena merupakan tempat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber( departemen) kemudian harus mampu mencatat dan memastikan keakuratan informasi tersebut serta mendistribusikan informasi tersebut ke bagian yang berkaitandengan tepat dan akurat.
 Kesalahan dan ketidakakuratan dalam mengolah serta mengumpulkan  informasi akan berakibat ketidaktepatan dalam memberikan informasi sehingga selanjutnya akan berdampak terhadap kesalahan dalam penyelesaian akhir.
Alat-alat komunikasi :
ü  Telepon
ü  Radio komunikasi (RIG)
ü  Handy Talky ( HT )
ü  White Board
ü  Spidol Penghapus
ü  Dan lain-lain

2.       Sarana Kesehatan
Keberhasilan pertolongan korban selanjutnya betumpu kepada kelengkapan dan kesiapan sarana kesehatan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut .
a.       Klinik perusahaan
Ini merupakan terminal pertama untuk korban mendapatkan pertolongan lanjutan setelah dari tempat kejadian. Keberhasilan pertolongan yang dilakukan berkaitan erat kelengkapan peralatan dan sumber daya manusia yang tersedia.
1) .  Peralatan & Obat-obatan  :
a)      Emergency Kit
o   Alat Airway
·         OPA ( Oropharingeal Airway )
·         NPA ( Nasopharingeal Airway )
·         Mouth Gag
·         Tongue spatel
·         Magil Forcep
·         Pinset Anatomis
·         Pinset Cirurgis
·         Suction Manual
·         Canul suction soft
·         Canul suction rigit
o   Alat Breathing
·         Nasal Canul
·         Reabreathing Mask
·         Non reabthiting Mask
·         Pocket mask
·         Bag Valve Mask
·         Canul Baging
o   Alat Circulation
·         Cairan ringer Laktat
·         Cairan Nacl 0,9%
·         IV Catheter no 14
·         IV Catheter no 16
·         IV Catheter no 18
·         IV Catheter no 20
·         IV Catheter no 22
·         IV Catheter no 24
·         Infus Set
·         Kassa gulung 5 cm
·         Kasa gulung 10 cm
·         Plester
·         Microfore
·         Alkohol
·         Betadin
·         Blood Set
·         Stuing
·         Gunting Verban
·         Gunting Jaringan
·         Spuit 3 cc
·         Spuit 5 cc
·         Spuit 10 cc
·         Spuit 20 cc
·         Spuit 50 cc
o   Alat Disability
·         Pen Light
·         Hamer
o   Alat Eksposure
·         Selimut
·         Gunting Baju
o   Alat Folley Catether
·         Catheter
·         Jelly
o   Alat Gastri Tube
·         NGT
·         Spuit 50 cc
o   Obat-obat Emergency
·         Adrenalin / Epineprin
·         Lidocain
·         Dexametason
·         Avil
·         Amiodarone
·         Aminophilin
b)      Alat-alat Evakuasi & Stabilisasi
o   Long Spine Board ( LSB )
o   Short Spine Board  ( SSB )
o   Scoop Streacher
o   Tandu
o   Vacum Matras
o   Basket Streacher
o   Kendrik Ekstrikasi Device ( KED )
o   Bidai Kayu
o   Air Splint
o   Vacum Splint
o   Traction Splint
o   Mitela
o   Sling
c)       Ruang Periksa ( Observasi )
o   Brankar ( tempat tidur pasien )
o   Tiang Infus
o   Lemari Obat
o   Tempat cuci tangan
o   Minor set
o   Suction elektrik
o   AED ( automatic eletrical Defibrilation )
o   Cairan Infus
o   Bak Sampah
o   Meja Periksa
o   Lampu Sorot pasien
o   Obat-obatan
o   Hanscoon
o   Masker
d)      Alat-alat lain
o   Laken
o   Stik Laken
o   Tensimeter
o   Stetoscop
o   Timbangan Dewasa
o   Timbangan bayi
o   Tabung Oksigen
2) . Sumber Daya Manusia
a)      First Responder
Orang awam yang dilatih untuk melakukan pertolongan pertama pada korban. Keberhasilan dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada korban akan menentukan tingkat cedera atau kesembuhan dari korban. Respons time sangat berharga untuk keselamatan korban, karena korban yang henti nafas dan henti jantung dalam waktu 4 sampai 6 menit tidak dapat pertolongan akan meninggal. Hal ini terjadi karena sel-sel otak sudah tidak bisa bertahan  untuk  tetap  hidup karena cadangan oksigen sudah menipis bahkan habis.
Jika korban sudah memasuki kematian biologis, ini akan memengaruhi keberhasilan dalam penyelamatan, karena sel-sel otaknya ireversible untuk kembalikan fungsinya seperti semula. First  Aid Training ( FAT ) sangat diperlukan untuk orang-orang awam, karena akan menentukan kondisi korban.
Kemampuan dasar yang harus dimiliki orang awam dalam memberikan pertolongan pertama antara lain :
ü  Call For Help ( Kemampuan meminta tolong )
ü  Resusitasi Jantung paru
ü  Balut Bidai
ü  Evakuasi dan stabilisasi korban
ü  Initial asessment ( penilaian korban )
ü  Triage ( mengkatagorikan korban )




b)      Paramedik
Seorang profesional yang telah menyelesaikan pendidikan dibidang keperawatan.  Selain pendidikan formal juga semestinya memiliki pelatihan-pelatihan lain yang bisa menunjang keahlian danketerampilan bagi petugas paramedik.
Ideal Jumlah petugas paramedik dalam satu shif adalah 2 orang.  Ini berkaitan dengan saat terjadi Trauma atau kecelakaan kerja pada karyawan, tidak bisa dilakukan penanganan oleh satu orang paramedik, karena ada tindakan-tindakan yang diharuskan dilakukan oleh beberapa orang.
Pelatihan minimal yang harus dimiliki oleh petugas paramedik adalah :
ü  BTCLS ( Basic Trauma and Cardiak Life Support )
ü  Hyperkes

c)       Dokter
Adalah seseorang yang telah menyelesaian jenjang pendidikan dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi kedokteran. Aspek legalitas dari seorang dokter diperlukan karena mereka diberikan mandat oleh undang-undang untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien.
Pelatihan – pelatihan yang mesti dimiliki :
ü  ATLS ( Advance Trauma Life Suport )
ü  ACLS Advance Cardiac Laife Suport )

3) . Perlengkapan Administrasi
Fungsi Supporting system juga tidak kalah penting, karena termasuk dalam rangkaian kegiatan pekerjaan. Pelaporan serta dokumentasi dari tindakan yang telah dilakukan harus di simpan dengan baik dengan didukung dengan sarana yang memadai.
Peralatan-peralatan yang diperlukan :
ü  Komputer
ü  Printer
ü  Kertas HVS
ü  Bolpoin
ü  Spidol
ü  Meja kerja
ü  Kursi kerja
ü  Kartu pasien
ü  Binder
ü  Plastik obat
b.      Ambulans
Transportasi yang tersedia juga menjadi penyumbang kesuksesan atau kegagalan dalam melakukan pertolongan korban. Sebagian besar korban kecelakaan meninggal karena salah dalam memilih alat transportasi, ini terjadi karena korban-korban tersebut mendapat tambahan cedera dari alt tranportasi yang salah.
Ambulans merupakan salah satu alat transportsi yang harus tersedia untuk mengangkut korban yang mengalami kecelakaan kerja, sampai saat ini paradigma yang masih melekat di masyarakat tentang ambulans adalah hanya sebatas alat untuk membawa korban saja atau alat untuk mengangkut jenazah.
Standar ambulans yang harus dipenuhi untuk keperluan pertolongan kasus-kasus emergency :
ü  Brankar ( Streacher )
ü  Emergency Kit
ü  Long Spine board ( LSB )
ü  Scoop Streacher
ü  Tabung Oxigen
ü  KED ( Kendrik Extrikasi Device )
ü  Neck Collar
ü  Head Stabilizer
ü  Spalk Kayu
ü  Vakum Splint
ü  Air Splint
ü  Suction Manual
ü  Suction Elektrik
ü  AED
ü  Monitor EKG

c.       Rumah Sakit Rujukan
Rumah sakit rujukan dibutuhkan ketika ada pasien yang tidak mampu ditangani di klinik perusahaan. Kerjasama dengan rumah sakit yang terdekat perlu dilakukan karena bisa menjadi tempat rujukan.      
                 
III.      Penutup
Tujuan tindakan pertolongan pertama bertujuan mengurangi angka kematian dan mencegah kecacatan.  System yang baik tidak bisa berjalan baik jika tidak di barengi dengan latihan atau simulasi.